Kamis, 18 November 2010

DIBALIK LAYAR KESUKSESAN PAK WINARNO



        Kisah ini sangat menggugah hati saya saat menonton Kick Andy yang bertemakan “Mengejar Mimpi”. Kisah yang dialami oleh seorang bapak bernama Pak Winarno. Anak yang berasal dari keluarga miskin. Ayahnya adalah seorang informan polisi yang tidak lulus SD dan ibunya,seorang tukang pijat yang buta huruf. Masa sekolah dan kuliah yang identik dengan perjuangan keras, dari urusan biaya,fasilitas untuk bersekolah yang serba sulit didapat. Ditambah dengan perjalanan ke sekolah yang cukup jauh membuat beliau harus menempuh jarak dengan berjalan kaki. Namun segalanya itu,beliau jalani dengan gigih dan tanpa putus asa. Dari keadaan inilah terbenak prinsip yang kuat dalam diri beliau agar bisa keluar dari keadaan tersebut. Beliau mulai berpikir bahwa jika suatu saat beliau pintar maka beliau pasti bisa berhasil dan keluar dari keadaan yang serba sulit itu. Akhirnya setiap hari,beliau pun memompa semangat dalam diri dengan belajar yang tekun agar bisa memperoleh nilai yang tertinggi di sekolahnya. Berkat kerja kerasnya itu,membuat beliau bisa berhasil meraih nilai tertinggi di sekolahnya.

       Prinsip itu juga kemudian membawa Pak Winarno saat menjajaki pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Beliau berusaha mati-matian agar bisa kuliah dengan mendapat beasiswa prestasi. Hal itu juga pun terwujud saat beliau kuliah S1 di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan kedokteran, secara gratis tanpa membayar uang kuliah sepeser pun. Akhirnya perjuangan keras Pak Winarno selama ini pun membawakan masa depan yang gemilang. Beliau bisa mendapat beasiswa prestasi untuk bisa melanjutkan program studi (kedokteran spesialis hewan) S2 dan program studi (bidang ilmu & teknologi pangan) S3 di Amerika. Disana beliau mendapat gelar sebagai professor untuk bidang ilmu & teknologi pangan.

       Namun disaat Pak Winarno mulai meraih keberhasilannya secara perlahan-lahan,dia harus dihadapkan pada suatu kondisi yang menyedihkan. Dimana ibunya mengidap penyakit kanker payudara. Pak Winarno yang pada saat itu sudah menjadi Dr.Spesialis Hewan pun bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Karena beliau masih belum punya uang untuk membayar biaya operasi ibunya. Beliau pun memutuskan untuk mengoperasi sendiri ibunya. Walaupun dia tahu bahwa itu adalah resiko terbesar yang harus dia ambil. Dimana jika dia dituduh melakukan operasi ilegal karena statusnya sebagai Dr.Spesialis Hewan. Tanpa berpikir panjang,akhirnya beliau melakukan operasi dengan alat yang terbatas. Pada saat melakukan operasi,beliau tanpa sengaja memotong pembuluh arteri ibunya dan menyebabkan banyaknya darah yang keluar. Namun operasi tersebut berhasil dan ibunya bisa bertahan hidup selama 18 bulan. Walaupun demikian,akibat operasinya itu membuat Pak Winarno sering didatangi mimpi tentang operasinya yang membuat pembuluh arteri ibunya terpotong. Mimpi itu kemudian membuat Pak Winarno sedikit mengalami tekanan jiwa dan membuat dia harus setiap saat berkonsultasi dengan Ahli Psikiater. Hari beganti hari, akhirnya Pak Winarno pun dapat kembali normal untuk menjalani setiap aktivitasnya.

       Banyak jalan menuju Roma, seperti pepatah inilah yang bisa kita dapat dari kisah Pak Winarno. Orang yang tetap berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dari segala keterpurukan yang ada. Dia tidak pernah melihat kondisi finansial orang tuanya. Namun dia tetap berusaha untuk melihat peluang yang ada disekitarnya. Mungkin menurut orang lain itu sangat sukar untuk bisa melalui semua tahap itu. Tapi dengan keberhasilan Pak Winarno bisa menunjukan bahwa kekurangan keluarga tidak membuat dia untuk putus asa dan terlarut dalam kesedihan. Namun memotivasi dia untuk tetap bangkit dan menunjukan pada orang lain bahwa dia bisa berhasil. Keberhasilan demi keberhasilan yang diraih Pak Winarno. Belum lagi ditambah dengan Pak Winarno yang sudah berkepala tujuh sekarang ini,masih tetap aktif dengan jabatan Rektor di Universitas Khatolik Atma Jaya, Jakarta.

    Dari kisah diatas pun mendorong hati saya untuk membuat cerita tentang “DIBALIK LAYAR KESUKSESAN PAK WINARNO”. Dari kisah ini juga dapat mendorong kita untuk tidak melihat keterbatasan finansial yang kita miliki. Tapi lihatlah begitu banyak peluang disekitar kita yang bisa kita raih untuk mengubah setiap kehidupan kita. Ayo teman-teman bangkitlah dari segala keterpurukan kalian dan tunjukanlah kepada orang lain bahwa kalian bisa mengubah sebuah kesedihan menjadi banyak kebahagiaan dengan prestasi kalian. Kalau Pak Winarno saja bisa untuk meraihnya. Kenapa kita tidak???????
Cerita Elish Selengkapnya...

Hidup yang Digerakkan Disiplin

Bill Toomey adalah anggota tim atletik Universitas Colorado pada akhir dasawarsa 50-an. Sejak kecil ia telah bercita – cita menjadi sosok yang dikenal masyarakat karena hal – hal besar yang dilakukannya. Demi meraih mimpinya tersebut, Bill menempa diri setiap hari dengan berbagai latihan berat. Saking beratnya, Bill pernah berlari hingga terhuyung – huyung dalam salah satu sesi latihan karena kelelahan.
Saat itu Bill memang bukan atlet terkenal, tetapi ia telah merintis jalan ke sana melalui kedisiplinannya. Ia selalu datang dan memulai latihan lebih awal dan menyelesaikannya paling akhir. Semua dilakukannya karena ia tidak ingin berada pada level (pencapaian) yang sama dengan orang lain. Jika orang lain berlatih datu jam, maka ia harus berlatih lebih lama dari itu. Pun saat orang lain memilih untuk tidak berlatih karena sedang malas, Bill memaksa dirinya untuk tetap datang ke tempat latihan dan menyelesaikan latihan yang harus dijalaninya.
Selama berada di Universitas Colorado, Bill tidak pernah menjadi juara, ia tidak pernah mendapatkan medali dalam kejuaraan antar kampus, belum lagi ia tidak pernah terpilih menjadi atlet terbaik. “ Saya bukan atlet hebat “ kata Bill, “ tetapi saya punya teori untuk maju dan berhasil dengan konsisten, maka hal – hal besar akan dapat diraih dengan baik.
Bill memang tidak membuahkan hasil yang besar selama studinya, tetapi usaha dan disiplinnya tetap membara setelah masa studinya usai. Keunggulannya adalah lompat jauh dan lari 400 m. Ia terus melatih keduanya dan menambahkan ketrampilan lain, sehingga dapat bertanding dalam dasa lomba. Berkat usaha dan kerja kerasnya, atlet kampus ini menaklukan atlet Gordon MacDonald dan menjadi terkenal di seluruh dunia. Di kemudian hari, Bill masuk dalam Olimpic Hall of Fame pada tahun 1984. Ia mencatat rekor dasalomba pada tahun 1966 dengan memenangkan medali emas Olimpiade Tokyo tahun 1968, dan memenangkan kejuaraan dasalomba nasional 5 kali berturut – turut. Itulah buah kedisiplinannya selama ini.
William Feather pernah mengatakan bahwa apabila kita tidak mendisiplinkan diri sendiri, dunialah yang akan melakukan bagi kita. Pokok pikiran ini memberikan satu hal yang penting dalam rangka menjadikan hidup lebih sukses dan berhasil. Pokok pikirannya disiplin pangkal sukses. Tidak ada pencapaian yang besar dapat kita raih jika tidak dilakukan dengan disiplin dan ketekunan.
Julie Andrews berkata bahwa meski ada yang menganggap disiplin sebagai tugas belaka, tetapi sesungguhnya disiplin adalah sebuah tata tertib yang membawa kita terbang tinggi. Terbang tinggi yang dimaksud disini adalah kehidupan yang mengalami pertumbuhan dan perubahan.
Pada prinsipnya ada beberapa hal yang harus kita pahami tentang hidup yang digerakkan oleh disiplin.
Pertama, disiplin menjadikan kita mampu mencapai impian dan tujuan. Kedisiplinan menjadikan kita mampu bergerak dan melangkah dengan baik, selangkah demi selangkah mengarahkan jalan hidup kita untuk mencapai tujuan. Perhatikan orang – orang yang berhasil dalam kehidupan ini. Mereka membangun kesuksesan yang diperolehnya dengan kedisiplinan diri dalam setiap segi kehidupannya.
Kedua, membuat kita selalu fokus pada cita – cita. Sikap disiplin akan mendorong kita untuk terus berada dalam komitmen untuk meraih cita – cita.
Hal ketiga, disiplin membawa perubahan dalam diri kita. Perubahan yang dimaksud tentunya adalah hal – hal yang positif yang kita alami dalam kehidupan kita. Misalnya perubahan dalam pola pikir, pekerjaan dan juga dalam pencapaian kesuksesan bisa diraih.

Tips Mendisiplin Diri
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendisiplinkan diri antara lain : Pertama, latihlah diri anda untuk memanfaatkan waktu sebaik – baiknya. Disiplin dalam waktu akan membuat kita menjadi terbiasa memanfaatkan waktu untuk hal – hal yang positif. Dan kebiasaan positif yang tercipta akan membuat kita menjalankan pola hidup yang selalu berorientasi pada pencapaian kesuksesan.
Kedua, buatlah prioritas hidup. Hal itu akan membawa kita kepada disiplin yang akurat. Sebagai contoh, orang yang memprioritaskan dirinya sebagai dosen, maka pasti ia berdisiplin mengelola diri dan memperkaya diri dengan kemampuan/skill sebagai pengajar, selain itu ia pun akan terus menerus berupaya mengembangkan wawasan dan pengetahuan dalam profesionalisme kedosenan.
Disiplin tidak mungkin kita abaikan dari kehidupan kita, jika kita ingin melihat keberhasilan dalam pekerjaan, usaha atau karir kita. Sekalipun itu bukan faktor satu – satunya dalam menggapai kehidupan yang lebih baik, tetapi hal itu tidak boleh dilalaikan. Karena itulah rel yang harus kita lalui untuk sampai pada tujuan.
Cerita Elish Selengkapnya...

KUALITAS PRIBADI SEORANG PEMIMPIN


Seorang pemimpin selalu dituntut untuk mengembangkan sikap – sikap positif yang mampu mendukung kedudukannya sebagai pemimpin.
Thomas Aquinas pernah berkata “ jika kita ingin mengubah agar orang mau mengikuti pandangan kita, maka hendaklah kita memperjuangkannya dengan jalan memegang tangan dan membimbingnya. Beri motivasi kepadanya, jangan berkata kasar dengan memanggilnya sebagai orang yang tolol.
Rahasia apakah yang ada dalam diri orang – orang tertentu (pemimpin), sehingga dengan kepribadian dan watak yang mereka miliki mampu menumbuhkan semangat pada orang lain ? Rahasianya tentu tidak terletak pada dimensi fisik yang telah mereka miliki, pendidikan yang istimewa, atau pada status sosial yang ada. Menjadi pemimpin yang berhasil hanya membutuhkan dua hal. Pertama, kepekaan terhadap hal – hal yang bisa membuat orang tergerak, dan kedua, suatu jiwa yang dapat menyebarkan semangat dan energi kepada orang lain. Berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kualitas seorang pemimpin.

1. Watak
Watak merupakan bagian dari kualitas moral yang akan dapat menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasakan dan kemudian bertindak dalam memecahkan masalah yang ia hadapi dalam hidup. Melalui kemampuan watak ini pula seseorang akan dapat secara gamblang membedakan tindakan mana yang baik dan mana yang buruk. Watak seseorang mencerminkan baik buruk tindakan yang akan berpengaruh pada aspek moral seseorang, ia erat kaitannya dengan pribadi yang akan menentukan kualitas diri seseorang.
Seseorang dapat dikatakan sebagai penipu, jujur, baik hati, curang, pemarah merupakan penilaian subjektif dari seseorang terhadap orang yang sedang ia nilai berdasar standar watak yang berlaku di suatu tempat. Watak yang baik akan dapat memberikan pamor lebih bagi seorang pemimpin yang mempunyai anak buah. Watak baik yang ia miliki akan sangat membantu dirinya mengambil sikap dan tindakan yang harus segera dilakukan, sehingga dengan watak tersebut seorang pemimpin dalam mengeluarkan setiap kebijakan mampu bersikap sebagai pengayom bawahannya dan bawahan pun tidak merasa diperlakukan sewenang – wenang.

2. Membuat Keputusan Yang Mantap
Dalam buku “ A Message to Gracia “, Elbert Hubbart pernah mengatakan bahwa tidak diperlukan kekuatan yang besar untuk dapat melakukan banyak hal, tetapi diperlukan kekuatan besar untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Jika kita berkeinginan menjadi seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan menangani banyak bawahan yang sekaligus mampu memotivasi mereka dalam banyak hal maka kita harus dapat membuat keputusan yang mantap sekaligus tepat pada waktunya. Ini akan membantu kita memperoleh kepercayaan dari orang lain.
Logika dan akal saja tidaklah cukup dalam membuat keputusan atas situasi yang tengah terjadi, banyak orang yang dapat melakukan hal ini namun sangat sedikit dari mereka yang mempunyai watak jitu dalam membuat keputusan yang tepat dalam mempublikasikannya secara terbuka di depan umum. Setiap permasalahan yang dihadapi menuntut kita bertindak cepat dan tepat, karena masalah saat ini tidak bisa diselesaikan besok ataupun lusa. Dan sebagai pemimpin kita tidak bisa memindah tangankan begitu saja tanggung jawab yang menjadi kewajiban kita kepada orang lain, apalagi jika terjadi kesalahan yang telah kita buat, kemudian kita lari bersembunyi tanpa ada rasa beban yang kita tanggung.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai kekuatan cemerlang dalam membuat suatu keputusan. Setiap keputusan yang menyangkut fungsi jabatan yang ia emban akan selalu punya pengaruh luas terhadap nasib dan kondisi orang lain.

3. Kebijaksanaan untuk merencanakan, memerintah, dan bertindak
Setiap keputusan yang kita buat harus diikuti oleh rencana agar bisa dilaksanakan. Membagi tugas secara pasti harus diberikan kepada anak buahnya, apa yang harus dilakukan ? Siapa yang akan melakukannya ? Bagaimana caranya ? Semua rencana harus dipersiapkan secara matang agar kita sebagai seorang pemimpin mampu memimpin, mengatur dan meraih kekuasaan yang tak terbatas atas orang lain.

4. Keberanian untuk bertindak
Kemampuan berpikir yang cemerlang dengan diikuti suasana hati yang kondusif hanya akan mengundang petaka. Pemikiran yang jitu tidak dapat menghasilkan apa – apa jika tidak diikuti oleh rasa keberanian untuk bertindak.
Kita akan mengambil jarak yang jauh dari kemungkinan dapat mencapai tujuan kecuali kita mampu bertindak dengan tanpa rasa takut. Keberanian kita dalam bertindak jangan pernah terkubur hanya karena alasan klasik seperti masalah keuangan, malas dan takut berbuat salah.
Lakukanlah sesuatu, tumbuhkanlah semangat untuk senantiasa berani bertindak meski yang kita lakukan belum tentu benar. Ini akan jauh lebih baik daripada kita hanya berpangku tangan, tidak mau mencoba berbuat. Meski kita berbuat salah atas tindakan yang kita lakukan tetapi kesalahan tersebut akan menjadi guru yang sangat berharga. Ia memberikan pelajaran kepada kita bahwa kelak jangan sampai membuat kesalahan yang sama.

5. Kemampuan Mengurus
Kemampuan untuk dapat mengurus adalah mutlak yang tidak bisa ditawar harus dimiliki oleh figur seorang pemimpin. Jika kita melakukan pengembangan diri yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengurus maka sama saja dengan kita melakukan pendekatan secara sistematis yang akan menjurus ke tujuan yang lebih spesifik.
Kunci untuk menuju kesuksesan atas diri orang lain adalah bagaimana harus mengurus apa yang telah kita miliki untuk dapat digunakan seoptimal mungkin, sehingga dengan memanfaatkannya posisi kita akan semakin kokoh.
Kemampuan mengurus tentu tidak melalui berhubungan dengan aspek yang bersifat teknis, ia juga dapat berhubungan dengan aspek non teknis. Seorang pemimpin dituntut untuk dapat mengurus watak dan sifat yang terlahir dari dalam dirinya, ia kelola sedemikian rupa sehingga dapat turut menopang fungsi seorang pemimpin.

6. Integritas : Keharusan untuk Memimpin orang lain
Salah satu watak yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah integritas karena seseorang yang punya sikap ini akan selalu dapat menetapkan mana yang benar dan mana yang salah. Dia akan berkembang menjadi seorang yang terhormat dan berwibawa.
Integritas merupakan ciri mutlak yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas yang baik dari seseorang akan menjadikan orang berbuat sesuatu yang bodoh, ia tidak akan berkhianat, mencuri, korupsi ataupun berbohong.

7. Bertanggung jawab Atas tindakan yang Kita Lakukan
Seorang pemimpin yang ingin mendapatkan kekuasaan atas orang lain harus belajar mencari dan mengambil tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Setiap tindakan yang kita ambil menuntut adanya konsekuensi yang harus kita bayar dengan harga yang cukup mahal. Tidak hanya pengorbanan material, terkadang tanggung jawab juga mengorbankan harga diri yang kita miliki. Bertanggung jawab atas segala tindakan yang kita lakukan akan dapat meningkatkan keyakinan kita bersungguh – sungguh mengoptimalkan kemampuan yang kita miliki dalam melakukan pekerjaan.

Jika kita dapat melakukan tujuh hal yang diatas, maka terbukti kualitas kita sebagai seorang pemimpin. Sehingga sebesar apapun masalah yang melanda kita baik dari dalam maupun dari luar, kita tidak akan takut untuk menghadapinya tapi kita akan maju sebagai seorang pemimpin yang siap sedia untuk mengatasi semua masalah itu dengan bijaksana.
Cerita Elish Selengkapnya...

KONFLIK ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Kemajuan - kemajuan di bidang teknologi dan sosial budaya mendorong perkembangan berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya dalam berkumpul dan hidup berkelompok. Sebagai suatu bentuk kumpulan manusia dengan ikatan – ikatan tertentu atau syarat-syarat tertentu, maka organisasi telah pula berkembang dalam berbagai aspek termasuk ukuran dan kompleksitas. Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang dan sebagainya. Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia.
Seperti kita ketahui bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat diidentifikasi pula berbagai kompleksitas seperti kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas kedudukan dan status, kompleksitas hak dan wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, dimana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja. Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor - faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok. Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif.




BAB II PEMBAHASAN

Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Suatu pemahaman akan konsep dan dinamika konflik telah menjadi bagian vital dalam studi perilaku organisasional, oleh karena itu perlu untuk dipahami dengan baik.
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalau antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi, atau dapat dikatakan juga bahwa konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak yang terkait.


2.1 Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata kerja latin configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Definisi dari konflik adalah :
1. Suatu kondisi dimana tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agrasi walaupun belum tentu berbentuk kekerasan (schelling).
2. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
3. Sikap saling memperthankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yaitu memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi bukan kerjasama.

Menurut Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya.
Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutama bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentengan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.


2.2 Jenis – Jenis Konflik


Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu : konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.

1. Konflik Intrapersonal ( Konflik dalam diri individu )
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal
sebagai berikut:
1.Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan - peranan yang bersaing.
2.Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
3.Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
4.Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan – tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Jika konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.

Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
1.Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
2.Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
3.Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.

2. Konflik Interpersonal ( Konflik antar individu )
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.

3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.

4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi – organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.

5. Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.


2.3 Sumber Konflik

Konflik oragnisasional timbul karena ada beberapa sumbernya, dan berbagai sumber utama konflik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a) kebutuhan untuk membagi sumber daya – sumber daya yang terbatas
b) perbedaan – perbedaan dalam berbagai tujuan
c) saling ketergantunga kegiatan – kegiatan kerja
d) perbedaan nilai – nilai atau persepsi
e) kemenduaan organisasional
f) gaya – gaya individual


2.4 Faktor Penyebab Konflik

Dibawah ini merupakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik, yaitu :

1.Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2.Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3.Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4.Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai- nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.


2.5 Strategi Penyelesaian Konflik

Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain :

1. Introspeksi diri
Apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan sehingga kita dapat mengukur kekuatan kita.

2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.

3. Identifikasi sumber konflik
Seperti dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab konflik.

4. Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih
yang tepat.

Menurut Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam
penanganan konflik :
a. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-win solution) akan terjadi disini.
Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan.
Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan – bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
b. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Situasi menag kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
c. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
d. Kompromi
indakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama –sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution)
e. Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menag dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita pertimbangkan.


2.6 Pengetian Motivasi

Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.
Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu. Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Lalu, seperti apa pengertian motivsi yang sebenarnya?
Untuk lebih memperjelas pembahasan tentang motivasi, berikut pengertian motivasi menurut beberapa para ahli manajemen sumber daya manusia, diantaranya yaitu :
Pengertian motivasi menurut Wexley & Yukl adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
Sedangkan menurut Mitchell motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Gray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.
McDonald memilih pengertian motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes, menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.
T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.
H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Lain lagi dengan Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.
Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan.
Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Dari pengertian – pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Jadi, motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi merupakan hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang tampak. Motivasi merupakan masalah yang kompleks dalam organisasi karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi adalah berbeda – beda dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.


2.7 Teori Motivasi

Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
1.Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan);
2.Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);
3.Teori Clyton Alderfer (Teori ERG);
4.Teori Herzberg (Teori Dua Faktor);
5.Teori Keadilan;
6.Teori penetapan tujuan;
7.Teori Victor H. Vroom (teori Harapan);
8.Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan
9.Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1)kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
(2)kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
(3)kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4)kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5)aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
(1)sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
(2)menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
(3)menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer.
Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.

6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
a)tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
b)tujuan-tujuan mengatur upaya;
c)tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
d)tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Dikalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat.
Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari. Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Termasuk pada faktor internal adalah :
a)persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
b)harga diri;
c)harapan pribadi;
d)kebutuhaan;
e)keinginan;
f)kepuasan kerja;
g)prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
a)jenis dan sifat pekerjaan;
b)kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
c)organisasi tempat bekerja;
d)situasi lingkungan pada umumnya;
e)sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.


BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN

Konflik berasal dari kata kerja latin configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Definisi dari konflik adalah :
1. Suatu kondisi dimana tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agrasi walaupun belum tentu berbentuk kekerasan (schelling).
2. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
3. Sikap saling memperthankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yaitu memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi bukan kerjasama.

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu : konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.

Konflik organisasional timbul karena ada beberapa sumbernya, dan berbagai sumber utama konflik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. kebutuhan untuk membagi sumber daya – sumber daya yang terbatas
2. perbedaan – perbedaan dalam berbagai tujuan
3. saling ketergantunga kegiatan – kegiatan kerja
4. perbedaan nilai – nilai atau persepsi
5. kemenduaan organisasional
6. gaya – gaya individual

Strategi dalam menyelesaikan konflik, yaitu :
1. Introspeksi diri
2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.
3. Identifikasi sumber konflik
4. Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih
yang tepat.
Sedangkan menurut Spiegel (1994) ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam
penanganan konflik, yaitu :
a. Berkompetisi
b. Menghindari konflik
c. Akomodasi
d. Kompromi
e. Berkolaborasi

Kemampuan menangani konflik tentang terutama yang menduduki jabatan pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi. Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.

Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.
Dibawah ini merupakan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
1.Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan);
2.Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);
3.Teori Clyton Alderfer (Teori ERG);
4.Teori Herzberg (Teori Dua Faktor);
5.Teori Keadilan;
6.Teori penetapan tujuan;
7.Teori Victor H. Vroom (teori Harapan);
8.Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan
9.Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.



DAFTAR PUSTAKA

1. Widyatmini & Izzati, Seri Buku Diktat Kuliah : “Pengantar Organisasi dan Metode”, Gunadarma, Jakarta, 1991.
2. Luthans F. Organizational Behavior, Mc Graw Hill, Singapore, 1981
3. Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1993.
4. http://id.shvoong.com/social-sciences/1838186-makna-konflik/
5.http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-penyelesaian-konflik/
6. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/
Cerita Elish Selengkapnya...