Hari Wibowo adalah seorang partisipan dalam program latihan perusahaan yang disebut Studi Prosedur dan Sistem. Para partisipan bertemu sekali seminggu selama dua jam dalam periode delapan bulan. Program disusun oleh seorang Profesor sebuah Universitas setempat.
Sebagai bagian persyaratan-persyaratan program, setiap partisipan diharuskan membuat semacam proyek studi kerja yang dipilihnya sendiri dengan gagasan penganalisaan secara kritis terhadap kegiatan-kegiatan kerja yang diamati, dan pemberian saran perbaikan-perbaikan melalui aplikasi teknik-teknik dan konsep-konsep yang dipelajari dalam program. Professor pada permulaan menekankan pentingnya “unsur manusia” sebagai salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam studi seperti itu.
Hari Wibowo mempunyai jabatan sebagai Teknisi Perencanaan. Dalam kapasitas ini, dia menangani kegiatan-kegiatan pengkoordinasian antara departemen-departemen pengoperasian, produksi dan teknis. Proyek studi-kerja yang dipilihnya untuk program latihan bersangkutan dengan pembelian dan pemesanan peralatan berat instalasi pabrik baru yang sedang dibangun oleh perusahaan. Ini terutama berkaitan dengan pengawasan biaya-biaya yang berhubungan dengan peralatan yang dibeli yang kadang-kadang “didongkrokkan” terbungkus berminggu-minggu di lokasi pabrik baru sebelum dipasang. Hari Wibowo telah menganalisa prosedur scheduling departemen kontruksi dan prosedur-prosedur pembelian departemen pengoperasian plus spesifikasi-spesifikasi dan desain peralatan yang ditetapkan oleh departemen teknik. Dia berpendapat bahwa jutaan rupiah dapat dihemat oleh perusahaan setiap tahun bila departemen kontruksi dan pengoperasian bersedia menerima prosedur-prosedur perencanaan formal dan pembelian yang dia usulkan. Dia merasa yakin bahwa analisanya terhadap masalah tersebut adalah benar dan analisanya terhadap penghematan biaya potensial adalah akurat.
Setelah presentasi proyek studi-kerjanya dihadapkan para partisipan lainnya dalam program latihan, dia merasa sangat senang bahwa kelompok dan Profesor menilai proyeknya sebagai proyek yang “masuk akal”, dan baik. Setelah itu, dia menjelaskan usulannya kepada atasannya langsung, Wakil Direktur Teknis. Dia berharap-harap cemas untuk segera mengetahui hasil pertemuan komite manajemen eksekutif yang membahas usulan prosedur-prosedur barunya yang diajukan oleh Wakil Direktur Teknisnya.
Dua minggu kemudian wakil direktur teknis memanggil Wibowo ke kantornya dan memberitahukan bahwa prosedur-prosedur perencanaan dan pembelian yang dia sarankan telah diajukan ke komita manajemen eksekutif. Reaksi dari komite tersebut adalah keras! Mereka menolak bahwa seorang yang mempunyai jabatan hanya sebagai teknisi perencanaan memotong garis fungsional dan membuat rekomendasi di luar bidangnya. Mereka tidak menyukai implikasi bahwa kegiatan-kegiatan mereka memboroskan uang perusahaan jutaan rupiah setiap tahun, dan mereka menuntut wakil direktur teknis agar Wibowo dipertimbangkan untuk di persona non grata dalam departemen mereka.
Wakil direktur teknis menyarankan kepada Hari Wibowo bahwa mungkin lebih baik baginya dipindahkan ke divisi lain dalam perusahaan. Paling tidak dia tidak menanggung resiko menjumpai eksekutif-eksekutif tersebut secara pribadi.
Masalah yang berkaitan dengan usulan Wibowo tersebut, tidak bisa dihindarinya begitu saja. Wibowo harus tetap mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang dia lakukan. Walaupun menurut dia, usulannya itu adalah benar dan akurat. Karena setiap tindakan yang dia ambil juga menuntut konsekuensi yang harus dibayar. Terkadang tanggung jawab juga mengorbankan harga diri yang dimiliki. Karena dengan bertanggung jawab dapat meningkatkan keyakinan seorang Wibowo untuk bersungguh-sungguh mengoptimalkan kemampuan yang dia miliki dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga dengan hal tersebut dapat membuktikan kepada para komite manajemen, bahwa usulannya itu sangat bermanfaat bagi perusahaan nantinya.
Sedangkan tindakan wakil direktur dalam menangani usulan Wibowo, seharusnya tidak langsung memberitahukan kepada komite manajemen eksekutif tanpa kembali menyimpulkan usulan tersebut apakah ada hal-hal yang nantinya bersifat menyimpang dari pelaksanaannya atau tidak. Bagaimana pun juga sebagai seorang pemimpin seperti wakil direktur tidak hanya cukup diperlukan kekuatan yang besar untuk dapat melakukan banyak hal, tetapi diperlukan kekuatan besar untuk memutuskan apa yang harus dia lakukan. Karena logika dan akal tidaklah cukup dalam membuat keputusan atas situasi yang tengah terjadi. Setiap permasalahan yang dihadapi selalu menuntut seorang pemimpin untuk bertindak cepat dan tepat dalam menyelesaikannya.
Dan menurut pendapat saya mengenai saran Wakil Direktur bahwa Wibowo seharusnya dipindahkan ke divisi lain adalah hal tersebut sangat tidak bijaksana. Walaupun wakil direktur berpendapat bahwa dengan hal demikian, dapat menghindari Wibowo dalam menanggung resiko jika bertemu dengan eksekutif-eksekutif tersebut. Seharusnya yang dilakukan oleh wakil direktur yaitu memberikan semangat dan motivasi bagi Wibowo untuk berbuat yang terbaik. Motivasi akan mampu menggerakkan semangat seseorang yang sebelumnya telah hancur dan kandas ke tingkat yang paling rendah, namun karena motivasi tersebut berhasil ia peroleh, maka seseorang akan bisa bangkit dan meneruskan inspirasi yang pernah ia miliki.
Menurut pendapat saya yang harus dilakukan Wibowo sekarang adalah tidak ada salahnya usulan(gagasan) Wibowo tersebut. Karena usulan(gagasan) Wibowo merupakan buah dari pikiran dia sendiri, namun usulan itu tidak akan cukup melalui pembicaraan saja tetapi harus dibuktikan dengan langkah-langkah kerja supaya ada nilainya. Usulan tinggi dan bagus tidak akan berubah dengan baik tanpa ada usaha untuk memupuknya. Oleh karena itu Wibowo harus tunjukan dan buktikan bahwa usulannya sangat bermanfaat bagi masa depan perusahaan. Dan hal itupun tidak ada salahnya bagi Wibowo karena usulannya ini bermanfaat bagi kepentingan perusahaan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Seharusnya sebagai pemimpin, kita harus berterima kasih dan mengancungi jempol kepada seorang pekerja seperti Wibowo yang masih memikirkan masa depan perusahaan tempat ia bekerja. Walaupun hal tersebut sangat bertolak belakang dengan tugasnya sebagai seorang partisipan program latihan.