Selasa, 29 Mei 2012

RANCANGAN PENELITIAN

A. Pengertian Desain Penelitian

Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola, potongan, bentuk, model, tujuan dna maksud (Echols dan Hassan Shadily, 1976:177).


Desain Penelitian menurut William M.K. Trochim (2006) “Research design can be thought of as the structure of research -- it is the "glue" that holds all of the elements in a research project together.” Sedangkan Lincoln dan Guba (1985:226) mendefinisikan rancangan penelitian sebagi usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing.


Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, desain penelitian disebut desain eksperimental. Desain eksperimen dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal.


Suharsimi Arikunto (1998:85-88) mengkategorikan desain eksperimen murni menjadi 8 yaitu control group pre-test post test, random terhadap subjek, pasangan terhadap subjek, random pre test post test , random terhadap subjek dengan pre test kelompok kontrol post test kelompok eksperimen, tiga kelompok eksperimen dan kontrol, empat kelompok dengan 3 kelompok kontrol, dan desain waktu.


Sutrisno Hadi (1982:441) mengkategorikan desain eksperimen menjadi enam yaitu simple randomaized, treatment by levels desaigns, treatments by subjects desaigns, random replications desaigns, factorial designs, dan groups within treatment designs. Sedangkan Ibnu Hadjar (1999:327) membedakan desain penelitian eksperimen murni menjadi dua yaitu pre test post test kelompok kontrol dan post tes kelompok kontrol.


Secara umum, Rancangan Penelitian adalah pokok-pokok perencanaan seluruh penelitian yang tertuang dalam satu kesatuan naskah secara ringkas, jelas dan utuh.
Rancangan penelitian dibuat dengan tujuan agar pelaksanaan penelitian dapat dijalankan dengan baik , benar dan lancar.




B. Macam-Macam Desain Penelitian

Dalam penelitian eksperimen murni, desain penelitian yang populer digunakan adalah sebagai berikut:
a. Control Group Post test only design atau post tes kelompok kontrol
Desain ini subjek ditempatkan secara random kedalam kelompok-kelompok dan diekspose sebagai variabel independen diberi post test. Nilai-nilai post test kemudian dibandingkan untuk menentukan keefektifan tretment.
Desain ini cocok untuk digunakan bila pre test tidak mungkin dilaksanakan atau pre tes mempunyai kemungkinan untuk berpengaruh pada perlakuan eksperimen. Desain ini akan lebih cocok dalam eksperimen yang berkaitan dengan pembentukan sikap karena dalam eksperimen demikian akan berpengaruh pada perlakuan.


b. Pre test post test control group design atau pre tes post tes kelompok kontrol
Desain ini melibatkan dua kelompok subjek, satu diberi perlakuan eksperimental (kelompok eksperimen) dan yang lain tidak diberi apa-apa (kelompok kontrol).
Berdasarkan desain penelitian yang disusun, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Desain penelitian kualitatif non standar

Desain penelitian dalam paradigma positivistik kuantitatif bersifat terstandar, artinya ada aturan yang sama yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang apapun juga. Pelaksanaan penelitian dimulai dari adanya masalah, membatasi obyek penelitian, mencari teori dan hasil penelitian yang relevan, mendesain metode penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, ada yang menambah dengan implikasi, saran dan atau rekomendasi. Sebelum data diolah, perlu diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya, baik dari segi konstrak teori, isi maupun empiriknya.


Sistematika penulisan sudah terstandar, yaitu:
• Bab I. Pendahuluan (latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan/batasan masalah, dst.).
• Bab II. Kajian teori atau kajian pustaka (kajian teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, hipotesis/pertanyaan penelitian).
• Bab III. Metode penelitian (Desain, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen dan teknik analisis data).
• Bab IV. Hasil penelitian.
• Bab V. Kesimpulan (ada yang menambah, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran).
Desain penelitian kualitatif non standar sebetulnya menggunakan standar seperti kuantitatif tetapi bersifat flesibel (tidak kaku). Dengan kata lain model ini merupakan modifikasi dari model penelitian paradigma positivistik kuantitatif dengan menyederhanakan sistematika ataupun menyatukan bebarapa bagian dalam bab yang sama, misalnya memasukkan metode penelitian dalam bab I . Desain penelitian kualitatif non standar ini digunakan untuk penelitian kualitatif dalam paradigma positivistik dan penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa.


2. Desain penelitian kualitatif tentative

Model ini sama sekali berbeda dari model-model di atas. Desain penelitian terstandar dan non standar disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan dan dijadikan sebagai acuan dalam mengadakan penelitian, sedangkan desain penelitian tentatif disusun sebelum ke lapangan juga tetapi setelah peneliti memasuki lapangan penelitian, desain penelitian dapat berubah-ubah untuk menyesuaikan dengan kondisi realitas lapangan yang dihadapi. Acuan pelaksanaan penelitian tidak sepenuhnya tergantung pada desain yang telah disusun sebelumnya, tetapi lebih memperhatikan kondisi realitas yang dihadapi.


Dalam desain penelitian terstandar maupun non standar dapat dibakukan dengan istilah-istilah: masalah, kerangka teori, metode penelitian, analisis dan kesimpulan dan lainnya. Model tentatif menggunakan dasar sistematika yang berbeda. Sistematika model ini unit-unitnya atau bab-babnya disesuaikan dengan sistematika substantif obyeknya.


3. Tipe-Tipe Desain Penelitian

Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu: Desain Ex Post Facto dan Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak terjadi manipulasi varaibel bebas sedang pada desain yang kedua terdapat adanya manipulasi variable bebas. Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain ex post facto menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada tataran permukaan sedang desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam. Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang lebih khusus. Yang termasuk dalam kategori pertama ialah studi lapangan dan survei. Sedang yang termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan di lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratory experiment)


1. Sub Desain Ex post Facto


a. Studi Lapangan:

Studi lapangan merupakan desain penelitian yang mengkombinasikan antara pencarian literature (Literature Study), survei berdasarkan pengalaman dan / atau studi kasus dimana peneliti berusaha mengidentifikasi variable-variabel penting dan hubungan antar variable tersebut dalam suatu situasi permasalahan tertentu. Studi lapangan umumnya digunakan sebagai sarana penelitian lebih lanjut dan mendalam.

b. Survei

Desain survei tergantung pada penggunaan jenis kuesioner. Survei memerlukan populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata. Semakin samplenya besar, survei semakin memberikan hasil yang lebih akurat. Dengan survei seorang peneliti dapat mengukap masalah yang banyak, meski hanya sebatas dipermukaan. Sekalipun demikian, survei bermanfaat jika peneliti menginginkan informasi yang banyak dan beraneka ragam. Metode survei sangat popular karena banyak digunakan dalam penelitian bisnis. Keunggulan survei yang lain ialah mudah melaksanakan dan dapat dilakukan secara cepat.

2. Sub Desain Desain Eksperimental

a. Eksperimen Lapangan

Desain eksperimen lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan latar yang realistic dimana peneliti melakukan campur tangan dan melakukan manipulasi terhadap variabel bebas.

b. Eksperimen Laboratorium

Desain eksperimen laboratorium menggunakan latar tiruan dalam melakukan penelitiannya. Dengan menggunakan desain ini, peneliti melakukan campur tangan dan manipulasi variable-variabel bebas serta memungkinkan penliti melakukan kontrol terhadap aspek-aspek kesalahan utama.

3. Desain Spesifik Ex Post Facto dan Eksperimental

Sebelum membicarakan desain spesifik Ex Post facto dan eksperimental, system notasi yang digunakan perlu diketahui terlebih dahulu.
a. Ex Post Facto

Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa dalam desain Ex Post Facto tidak ada manipulasi perlakukan terhadap variable bebasya maka system notasinya baik studi lapangan atau survei hanya ditulis dengan O atau O lebih dari satu.

b. Desain-Desain Eksperimental

Desain eksperimental dibagai menjadi dua, yaitu: pre-eksperimental (quasi-experimental) dan desain eksperimental sebenarnya (true experimental). Perbedaan kedua tipe desain ini terletak pada konsep kontrol.

1. One Shot Case Study

Desain eksperimental yang paling sederhana disebut One Shot Case Study . Desain ini digunakan untuk meneliti pada satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya dilakukan satu kali.

2. One Group Pre-test – Post-test Design

Desain kedua disebut One Group Pre-test – Post-test Design yang meupakan perkembangan dari desain di atas. Pengembangannya ialah dengan cara melakukan satu kali pengukuran didepan (pre-test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post-test).

Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu obyek yang diteliti, kemudian peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu pengukuran dilakukan lagi untuk yang kedua kalinya. Desain tersebut dapat dikembangkan dalam bentuk lainnya, yaitu: desain time series”. Jika pengukuran dilakukan secara beulang-ulang dalam kurun waktu tertentu.
Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di depan selama 3 kali berturut, kemudian dia memberikan perlakuan pada obyek yang diteliti. Kemudian peneliti melakukan pengukuran selama 3 kali lagi setelah perlakuan dilakukan.



3. Static Group Comparison

Desain ketiga adalah Static Group Comparison yang merupakan modifikasi dari desain b. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai obyek penelitian. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan sedang kelompok kedua tidak mendapat perlakuan. Kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok pembanding / pengontrol.


4. Post Test Only Control Group Design

Desain ini merupakan desain yang paling sederhana dari desain eksperimental sebenarnya (true experimental design), karena responden benar-benar dipilih secara random dan diberi perlakuan serta ada kelompok pengontrolnya. Desain ini sudah memenuhi criteria eksperimen sebenarnya, yaitu dengan adanya manipulasi variable, pemilihan kelompok yang diteliti secara random dan seleksi perlakuan.


5. Pre-test – Post – test Control Group Design

Desain ini merupakan pengembangan design d di atas. Perbedaannya terletak pada baik kelompok pertama dan kelompok pengontrol dilakukan pengukuran didepan (pre-test).


6. Solomon Four Group Design

Desain ini merupakan kombinasi desain Post Test Only Control Group Design dan Pre-test – Post – test Control Group Design yang merupakan model desain ideal untuk melakukan penelitian eksperimen terkontrol. Peneliti dapat menekan sekecil mungkin sumber-sumber kesalahan karena adanya empat kelompok yang berbeda dengan enam format pengkuran.


c. Desain Eksperimental Tingkat Lanjut

1. Desain Random Sempurna (Completely Randomised Design)

Desain ini digunakan untuk mengukur pengaruh suatu variable bebas yang dimanipulasi terhadap variable tergantung. Pemilihan kelompok secara random dilakukan untuk mendapatkan kelompok-kelompok yang ekuivalen
Contoh:
Kasus: Pihak direksi suatu perusahaan ingin mengetahui pengaruh tiga jenis yang berbeda dalam memberikan instruksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Untuk tujuan penelitian ini dipilih secara random tiga kelompok masing-masing beranggotakan 25 orang Instruksi untuk kelompok pertama diberikan secara lisan, untuk kelompok kedua secara tertulis dan untuk kelompok ketiga instruksinya tidak spesifik. Ketiga kelompok diberi waktu sekitar 15 menit untuk memikirkan situasinya. Kemudian ketiganya diberi test obyektif untuk mengetahui seberapa baik mereka memahami pekerjaan yang akan dilakukan. Formulasi masalah kasus ini ialah: Apakah manipulasi variable bebas mempengaruhi pemahaman para pegawai bawahan dalam melaksanakan pekerjaan mereka?


2. Desain Blok Random (Randomised Block Design)

Desain ini merupakan penyempurnaan Desain Random Sempurna di atas. Pada desain sebelumnya perbedaan yang terdapat pada masing-masing individu tidak diperhatikan, sehingga menghasilkan kelompok-kelompok yang mempunyai anggota yang bereda-beda karaketrsitiknya. Agar desain yang kita buat dapat menghasilkan output yang baik, maka diperlukan memilih anggota kelompok (responden) yang berasal dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama. Oleh karena itu peneliti harus dapat mengidentifikasi beberapa sumber utama perbedaan-perbedaan yang dimaksud secara dini.


Desain di atas dapat diterangkan sebagai berikut: Pada saat studi dilakukan dengan menggunakan desain sebelumnya, para anggota dari tiga kelompok berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Keterbedaan latar belakang anggota merupakan suatu ganngguan atau yang disebut sebagai variable pengganggu. Untuk itu perlu dilakukan penyamaan para anggota dari masing-masing kelompok. Caranya ialah dengan menciptakan blok yang berfungsi untuk mendapatkan anggota kelompok yang sama. Dalam kasus ini blok ditentukan didasarkan pada departemen (bagian) dimana para anggota kelompok berasal.


Selanjutnya pekerja yang berasal dari departemen yang sama dibagi menjadi lima berdasarkan department masing-masing. Kemudian masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu kelompok pertama mendapatkan instruksi lisan, kelompok kedua mendapatkan instruksi tertulis dan kelompok ketiga instruksi tidak spesifik. Dengan menggunakan desain ini maka peneliti akan dapat melihat dampak-dampak yang disebabkan oleh system blok per departemen serta interaksi instruksi atas ketiga kelompok tersebut.


3. Desain Latin Square (The Latin Square Design)

Desain ini digunakan untuk mengontrol dua variable pengganggu secara sekaligus. Berkaitan dengan kasus di atas, masih terdapat satu variable pengganggu lainnya, yaitu “kemampuan para pekerja”. Variabel kemampuan para pekerja kita bagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: kemampuan tinggi, kemampuan menengah dan kemampuan rendah. Ketiga tingkatan variable kemampuan tersebut kemudian kita tempatkan pada baris dan kolom model Latin Square. Desain ini terdiri dari tiga baris dan tiga kolom. Kemudian secara random diambil 3 pegawai dari masing-masing departemen.


4. Desain Factorial

Desain factorial digunakan untuk mengevaluasi dampak kombinasi dai dua atau lebih perlakuan terhadap variable tergantung. Pada kasus di bawah ini, analisa factorial diaplikasikan dengan menggunakan desain random sempurna dengan format 3 baris dan 3 kolom.



D. Fungsi Desain Pemelitian

Fungsi Desain (rancangan) Penelitian adalah :
1. Sebagai cetak biru (blue print) bagi peneliti
Seorang peneliti sosial menghadapi banyak kendala jika dia memulai penelitiannya tanpa suatu rencana penelitian tertentu. Untuk meminimalkan masalahnya, ada beberapa keputusan yang harus dibuat sebelum memulai penelitiannya. Sebagai contoh jika dia memilih untuk meneliti sejumlah orang secara lengsung, beberapa pertimbangan yang mungkin ada:
a. suatu diskripsi tentang populasi yang dituju yang informasinya ingin diperoleh,
b. beberapa metode sampling yang dipergunakan untuk memperoleh unsur- unsurnya,
c. Ukuran sampel ,
d. Prosedur-prosedur pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan,
e. Cara –cara yang mungkin untuk menganalisis dan yang telah terkumpul,
f. Akan atau tidaknya menggunakan uji statistik dan jika menggunakan yang mana.
2. Menetapkan batas-batas dari kegiatan penelitian dan memungkinkan peneliti menyalurkan energinya dalam beberapa arah yang spesifik.
3. Untuk mengantisifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam pelaksanaan penelitian.



Rancangan penelitian bermanfaat yakni sebagai berikut :
1. Memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan tujuan penelitian.
3. Member gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi pada saat melakukan penelitian.



Sumber :http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/desain-penelitian.html(diakses tgl 30-05-2012,07:40)
http://id.shvoong.com/social-sciences/1997503-rancangan-penelitian/(diakses tgl 30-05-2012,08:11)

0 komentar: